Tradisi Lepa (kapal)

Di Filipina dan Malaysia, biasanya tidak ada ritual yang terlibat dalam pembinaan mahupun pelepasan lepa, kemungkinan dikarenakan tingginya tingkat Islamisasi atas kepercayaan adat yang Sama. NTetapi di Indonesia timur, doa dan ritual dikaitkan dengan penggabungan kerangka dengan busur dan buritan, dan pelubangan posisi tiang kapal ("pusat" kapal). Selepas yang terakhir, kapal ini dilancarkan untuk pertama kalinya, dan secara simbolik menjadi anak dari pemilik kapal.

Selama periode nomad Sama Dilaut sebelumnya, sebelum seorang pemuda menikah, keluarganya akan membangun atau membeli lepa, supaya dia dan isterinya dapat hidup sebagai anggota nelayan bebas. Setelah kematiannya, lepa akan dibongkar dan dijadikan peti mati untuk dikebumikan.

Sebelum menempuh perjalanan yang panjang atau berbahaya, lepas sering dikurniakan mantra sihir (haligmun) oleh dukun desa. Ini termasuk mantra yang semestinya membuat mereka tidak dapat dilihat oleh perompak atau dapat menekuk peluru. Sama-Bajau juga kadang-kadang mengucapkan sumpah (magjanji') kepada Tuhan atau roh nenek moyang (umboh) dalam krisis di laut, atau ketika kapal gagal pulang ke rumah. Ketika kapal pulang dengan selamat, janji itu dilunaskan dengan kenduri kesyukuran yang disebut magmaulud atau magbajanji.